Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa: Alam Semesta dan Bintang-bintang
ALAM
SEMESTA DAN BINTANG-BINTANG
RESUME
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Dosen pengampu :
Adam Malik, M.Pd.
Rena Denya Agustin, M.Si.
Oleh :
Kelompok 13
Intan Novia Giftianty 1142070088
Nina Nuraeni 1142070089
Semester / Kelas
: VI / B
PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
A.
Asal-usul
Alam Semesta
Kajian studi tentang sifat evolusi dan asal-usl alam
semesta (universe) disebut Kosmologi.
1. Model Big Bang
Gagasan Big Bang didasarkan pada alam semesta yang
berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami ledakang dahsyat dan
mengembang. George Gamow (fisikawan) mengkaji model alam semesta ini dan
menghitung ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan-letupan foton.
Foton ini tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati sekarang
sebagai foton-foton gelombang radio dan temperatur 3 K merupakan radiasi latar
yang ditemukan oleh Arno Penzias dan
Robert Wilson di Amerika tahun 1965. Fakta menunjukan bahwa alam semesta
berkembang ketika kecepatan meningkat dengan jarak. Dengan demikian konstanta
Hubble 100 km/s per megaparsec, diperoleh bahwa
pada jarak 3000 megaparsek kecepatan resesi
(pergeseran merah) adalah 3 x 10^5 km/s sama dengan kecepatan cahaya.
Jadi tidak pernah terlihat.
2. Model Keadaan Tunak
Meskipun model Big Bang merupakan hipotesis yang
paling mungkin dalam dalam mendiskusikan
asal usul alam semesta. Pada tahun 1948 oleh H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle
dari universitas Cambrdige. Teori keadaan tunak alam semesta tidak ada awalnya
dan tidak berakhir. Dalam model keadaan ini tidak ada kosmik karenanya radiasi
latar bukan temperature 3 K. Selama tahun 1960-an, dari astronomi radio jelas
terkesan bahwa densitas ruang galaksi yang mengemisikan radio lebih jauh
jaraknya pada masa lalu dari pada masa sekarang. Gagasan ini tidak sesuai
dengan model keadaan tunak yang menyatakan bahwa alam semesta selalu sama.
3. Model Osilasi
Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada
awal dan akhirnya. Dalam osilasi, alam semesta sudah tidak konstan, ia
berekspansi dengan dentuman Big Bang kemudian mengempis dengan adanya gravitasi
(collapse) dan akhirnya mencapai
titik gabungan antara temperatur dan tekanan
memecahkan semua materi menjadi partake-partikel dasar terjadi Big bang dan berekspansi lagi.
Densitas materi di alam semesta secara rata-rata adalah sekitar 10^-30 gram per sentimeter kubik atau
dapat dikatakan bahwa dalam alam semesta
ditempati satu atom hidrogen untuk setiap 1,7 x 10^6 m^3. (Tjasyono, 2006 :49-52)
B.
Galaksi
– Galaksi
Galaksi merupakan kumpulan dari bintang – bintang
yang terdiri dari matahari, planet, satelit, asteroid, steroid, meteor, komet
dan jutaan bintang lainnya. Bumi merupakan salah satu anggota dari galaksi bima
sakti ( Milky Way). Galaksi bima sakti mempunyai diameter yang sangat
besar yaitu 80.000 tahun cahaya. Pada tahun 1926, Edwin Hubble mengelompokkan
galaksi berdasarkan bentuknya diantaranya spiral, elips, dan tidak beraturan.
1. Galaksi Ellips
Pengelompokkan galaksi menurut hubble didasarkan
antar EO sampai E7. Apabila termasuk EO maka bentuk galaksi akan mendekati
lingkaran sedangkan bila E7 bentuk galaksi mendekati lonjong. Galaksi ini
diyakini terbentuk akibat tumbukan antara dua galaksi.
2. Galaksi Spiral
Galaksi ini terbentuk akibat bintang-bintang yang
membentuk cakram berputar. Bagian dalam galaksi lebih besar dari bagian
tepinya. Galaksi spiral diberi nama galaksi S diikuti huruf (a, b, c) yang
menunjukan tingkat ketebalan lengan spiral dan besar pusat galaksi. Galaksi
jenis Sa berarti memiliki daerah pusat yang besar dan lengan yang kurang jelas teramati. ( Nana, 2006 :
4-6)
3. Galaksi Cincin
Galaksi cincin galaksi yang menyerupai cincin yang
terdiri dari bintang bintang, cincin tersebut mengelilingi galaksi. Terbentuk
karena galaksi kecil melintas melewati galaksi spiral.
4. Galaksi Lentikular
Galaksi ini memiliki lengan spiral yang kurang jelas
dan tidak termasuk spiral, ellips, maupun cincin. Sehingga galaksi ini memiliki
bentuk yang tidak beraturan.
Galaksi Bima Sakti termasuk ke dalam galaksi
berbentuk spiral. Selain galaksi bima sakti, terdapat tiga galaksi lain yang
dapat dilihat dengan mata yaitu Andromeda, Awan Magellan Besar, dan Awan
Magellan Kecil. Andromeda dapat dilihat pada sebelah utara khatulistiwa Inggris
pada malam hari yang cerah, sebaliknya awan Magellan berada di selatan Inggris
sehingga tidak dapat dilihat. Awan magellan merupakan galaksi yang terdekat
dengan bumi, sekitar 150.000 tahun cahaya. (Ikhlasul, 2010)
“Maha suci Allah yang telah menjadikan di langit
gugusan bintang-bintang.” (Q.s. Al-Furqan: 61)
Begitu besarnya kekuasaan Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta dan bintang-bintang sebagai penghias langit, pelempar
syaitan, dan penunjuk arah.
C.
Pembentukan
Bintang
Bintang
adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Bintang yang paling
dekat dengan bumi yaitu matahari. Matahari adalah bintang yang relatif kecil di
dalam jagat raya. Matahari terbentuk 5 milyar tahun lalu dan memiliki suhu
permukaan sekitar 6000°C, tetapi bagian intinya mencapai 15 juta °C. Matahari
terdiri atas materi gas dengan komposisi hidrogen (70%), helium (25%), dan
unsur lain (5%). Jarak rata-rata bumi matahari adalah 150 juta km atau disebut
satu satuan astronomi (1 SA). Sedangkan jarak antarbintang dinyatakan dalam
satuan “tahun cahaya”. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya
dalam 1 tahun. Contohnya, jarak matahari ke Alpha Centauri (bintang terdekat
kedua dari bumi) adalah 4,35 tahun cahaya atau sekitar 270.000 kali jarak
bumi-matahari. Kumpulan bintang disebut galaksi dan matahari termasuk dalam
galaksi Bima Sakti. (Tjasyono, 2009: 1-2)
Menurut
Djakaria (2010: 1) pembentukan bintang diawali karena adanya ketidakstabilan
gravitasi yang dipicu gelombang kejut supernova atau tumbukan antara dua
galaksi sehingga nebula mulai bergerak dibawah gravitasinya sendiri.
Kelahiran
sebuah bintang diawali ketika sebagian debu dan gas di bagian dalam nebula
mulai berkumpul dan bergabung. Secara perlahan gabungan gas dan debu tersebut
memampat dan memadat serta dibagian dalamnya menjadi panas. Panas tersebut
disebabkan oleh penggabungan inti hidrogen ke dalam helium. Selama pemadatan
berlangsung, panas yang dihasilkan semakin bertambah dan mengakibatkan
terjadinya pelepasan energi. Pelepasan energi ini ditandai dengan runtuhnya
nebula menjadi konglomerasi debu dan gas yang padat yang disebut globula-bok.
Globula-bok ini dapat memiliki massa hingga 50 kali massa matahari. Runtuhnya nebula
membuat bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi gravitasi diubah menjadi
energi panas sehingga temperatur meningkat. Ketika nebula protobintang ini
mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk dari
intinya dan seringkali dikelilingi oleh protoplanet. Pemampatan atau keruntuhan
nebula molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta tahun. Ketika peningkatan
temperatur di inti protobintang mencapai 10 juta kelvin, hidrogen di inti
terbakar menjadi helium dalam suatu reaksi termonuklir. Reaksi ini menyuplai
energi untuk mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan
berhenti dan lahirlah bintang baru atau bintang deret utama.
D.
Tata
Nama Bintang
1. Nama diberikan
berdasarkan yang telah digunakan orang sejak zaman kuno, misalnya Sirius,
Betelgeuse, dan Aldebrans.
2. Bintang yang
terdapat pada konstelasi diberi nama awal Alpha, Beta, atau Gamma sesuai dengan
intensitas cahayanya. Misalnya Alpha Centauri berarti bintang yang paling
terang di Centauri.
3. Dalam Astronomi
Modern, nama bintang sesuai dengan nomor urut dalam katalog. Misalnya, bintang
M.31 dalam katalog Messier dengan nomor urut 31.
(Karimullah,
2009: 9)
E.
Cahaya
Bintang
Bintang
berdasarkan cahayanya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai
berikut.
Kelompok
|
Deskripsi
|
Contoh bintang
|
IA
|
Terang,
sangat besar (supergiant)
|
Rigel,
Betelgeuse
|
IB
|
Sangat
besar (supergiant)
|
Polaris
(bintang utara), Antares
|
II
|
Terang,
besar (Giant)
|
Mintaka
(delta Orionis)
|
III
|
Besar
(Giant)
|
Arcturus,
Capella
|
IV
|
Kecil
(Sub Giant)
|
Altair,
Achenrar (bintang bola langit selatan)
|
V
|
Bintang
bagian utama
|
Matahari,
Sirius
|
Tidak
termasuk dalam kelompok di atas
|
Bintang
katai putih
|
Sirius
B, Procyon B
|
(Gunawan,
2005: 25)
F.
Energi
Bintang
Energi
dihasilkan pada bagian dalam suatu bintang, kemudian dijalarkan ke permukaan
dan diradiasikan ke dalam ruang angkasa. Sekitar 99% radiasi elektromagnetik
yang diemisikan oleh matahari terletak pada daerah 0,5 dan 4,0 μm. Distribusi
spektral energi ini adalah 9% ultraviolet, 45% radiasi tampak, dan 46%
inframerah. Energi ini dijalarkan ke permukaan bumi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Energi matahari dihasilkan dari pengubahan inti hidrogen
menjadi helium melalui reaksi nuklir. Setiap menit matahari meradiasikan energi
sebesar 56 x 1026 kalori. (Tjasyono, 2009: 79, 80, dan 89)
H.
Tahapan
Evolusi Bintang
Umur
bintang bergantung pada massanya. Semakin besar massanya, maka semakin singkat
umurnya. Berikut ini merupakan tahapan evolusi sebuah bintang.
1. Deret utama,
yaitu fase bintang yang berada dalam keadaan paling stabil.
2. Red Giant,
yaitu fase bintang yang akan mengembang, luminositasnya meningkat, suhu
efektifnya menurun, dan berwarna merah.
3. White Dwarf,
merupakan fase yang sangat padat, kerapatannya mencapai 1 ton/cm3,
dan cahayanya redup.
4. Neutron star,
terdiri dari neutron-neutron yang sangat rapat, super padat, dan terbentuknya
pulsar.
5. Supernova, merupakan
fase ledakan besar ditandai dengan menghembuskan sebagian besar materinya.
6. Black hole,
merupakan fase dimana bintang berada dalam medan gravitasi yang sangat kuat,
cahaya yang datang dan materi yang cukup dekat akan ditarik dan tak akan pernah
bisa lepas. (Gunawan,
2005: 43-45)
Referensi:
Djakaria,
M. Nur. 2010. Handout Matakuliah Kosmografi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Gunawan,
Hans. 2005. Belajar Astronomi. Jakarta: SMAK 1 BPK Penabur.
Ikhlasul.
2010. Diktat Kuliah Galaksi. Yogyakarta: UNY.
Karimullah,
Muhammad. 2009. Penamaan Suatu Bintang.pdf
Najmuddin,
Nana. 2006. Ilmu Bumi dan Tata Surya.pdf
Tjasyono,
Bayong. 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar