Bacaan Fisika: Hakikat di Balik Materi
Hakikat di Balik Materi
(Menyingkap Citra-Citra Tersembunyi dalam Memori Allah)
Oleh: Harun Yahya
Selama ini kita berpikir bahwa
semua kejadian dan objek yang kita inderai disebabkan adanya dunia materi
bersifat padat diluar otak kita. Namun ternyata pada hakikatnya kita tak pernah
melihat dan menyentuh materi-materi tersebut yang sesungguhnya. Selama ini kita
juga berpikir bahwa kita melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, meraba
dengan tangan, mencium dengan hidung, dan mengecap dengan lidah. Padahal pada
hakikatnya kita melakukan itu semua dengan otak kita. Alat indera hanya
berfungsi sebagai reseptor yang mengubah kesan-kesan yang diterimanya menjadi
sinyal-sinyal listrik yang dihantarkan oleh syaraf-syaraf menuju otak. Otaklah
yang bertanggungjawab penuh membuat persepsi-persepsi dari sinyal-sinyal
listrik tersebut. Jadi, pada hakikatnya setiap wujud materi yang kita percayai
berada dalam kehidupan kita, hanyalah tampilan-tampilan yang diciptakan di
dalam otak kita.
Hal ini meruntuhkan pandangan
para materialis yang menganggap bahwa materi adalah wujud mutlak sedangkan
Allah SWT bersifat khayali. Padahal sesungguhnya satu-satunya wujud yang mutlak
hanyalah Allah SWT karena materi yang selama ini kita anggap mutlak hanyalah
sebuah persepsi yang diciptakan Allah SWT melalui ruh kita. Perkembangan IPTEK
telah membuktikan bahwa apa yang kita lihat selama ini hanyalah sekumpulan
persepsi dari panjang gelombang elektromagnetik yang berbeda-beda.
Selain materi, para penganut
materialiame juga memandang waktu sebagai hal yang bersifat abadi dan mutlak.
Namun, sebagaimana halnya materi, waktu pun hanyalah sebuah persepsi dan tidak
abadi. Waktu adalah sebuah konsep yang sepenuhnya bergantung pada
persepsi-persepsi kita dan perbandingan yang kita buat diantara
persepsi-persepsi yang kita alami pada saat tertentu dengan masa lalu. Oleh
karena itu, waktu itu bersifat relatif. Jadi, jelaslah bahwa waktu juga
merupakan sebuah persepsi. Hal ini dibuktikan oleh Einstein dalam teori
relativitasnya yang sebenarnya telah diungkapkan 1400 tahun sebelumnya dalam
Al-Quran.
Allah SWT juga
memberikan memori kepada kita agar kita dapat mengingat masa lalu dan berpikir
tentang masa depan. Namun, Allah SWT sebenarnya telah menciptakan seluruh
kehidupan di alam semesta ini dalam satu waktu yang telah tertulis seluruhnya
dalam Lauhul mahfudz. Pada hakikatnya, masa lampau, masa kini, dan masa depan
sesungguhnya dialami pada masa kini. Namun, hanya Allah SWT yang dapat melihatnya
secara keseluruhan. Jadi, tak ada alasan lagi bagi kita untuk membanggakan
kehidupan dunia yang samar dan fana ini. Janganlah kita seperti kaum-kaum
terdahulu yang selalu membantah akan eksistensi Allah sehingga tiba kepada
mereka azab yang sangat pedih. Na'uudzubillaah.
Komentar
Posting Komentar